Artikel Ilmiah Populer : Menumbuhkan Budaya Baca di Sekolah Dasar


Artikel Ilmiah Populer Disusun Oleh: Elis Nurhayati, S.Pd, M.Pd

Pendahuluan

Untuk membentuk siswa Sekolah Dasar menjadi manusia dewasa yang berkualitas dan beradab tentunya harus dibekali dengan sikap yang baik, berbudi pekerti luhur, berpengetahuan yang luas, memiliki karakter yang unggul, bertaqwa, serta memiliki sejumlah keterampilan yang memadai.

Untuk membentuk seorang siswa menjadi manusia di atas, ternyata tidak mudah.  Oleh karena siswa SD minimal harus dibekali kompetensi lulusannya dengan mampu membaca, menulis, dan berhitung. Namun ternyata tidak mudah. Ada sepuluh alasan mengapa minat baca menurun di Indonesia.


Pertama, masih rendahnya kemahiran membaca siswa di sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan Tim Program of International Student Assessment (PISA) Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas menunjukkan kemahiran membaca anak usia 15 tahun di Indonesia sangat memprihatinkan. Sekitar 37,6 persen hanya bisa membaca tanpa bisa menangkap maknanya dan 24,8 persen hanya bisa mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan (Kompas 2 Juli 2003). 

Kedua, sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa SD harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan.

Ketiga, banyaknya jenis hiburan, permainan  dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku. tetapi sebagian besar hanya bermain. Mereka seperti tersihir dan tentunya sangat berpengaruh pada pikiran dan emosi anak-anak.  Dampaknya  siswa sekarang malas membaca buku. Anak-anak sekarang lebih senang chatting sama teman-temannya melalui WhatsApp, Line, Facebook, Instagram, dan media sosial lainnya. Hal ini karena mendapatkan smartphone atau gadget lebih mudah dan murah seperti membeli kacang goreng saja.

Keempat, banyaknya tempat hiburan yang menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, mall, supermarket, play station.  Sehingga kesempatan membaca masih merupakan sesuatu yang eksklusif.

Kelima, budaya baca memang tidak pernah ada dan belum pernah diwariskan nenek moyang kita atau leluhur kita. Karena di masa penjajahan Belanda kita memang sengaja dibuat bodoh, buta aksara, dan buta informasi.

Keenam, para ibu senantiasa disibukkan berbagai kegiatan upacara-upacara keagamaan serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, nonton sinetron/telenovela sehingga tiap hari waktu luang sangat minim bahkan hampir tidak ada untuk membantu anak membaca buku. 

Ketujuh, sarana untuk memperoleh materi dana bahan bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka. 
Kedelapan, harga buku yang relatif masih mahal yang tidak sebanding dengan daya beli masyarakat. maka sedikit sekali masyarakat yang memiliki koleksi buku di rumahnya. 

Kesembilan, kendatipun Taman Bacaan Masyarakat terus bertambah hampir 1720 buah yang tersebar hampir di seluruh Indonesia (Sumber: http://donasibuku.kemdikbud.go.id/tbm diakses 5 Oktober 2017), namun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang ada, jelas belum memadai.  

Kesepuluh, minimnya koleksi buku diperpustakaan serta kondisi perpustakaan yang tidak memberikan iklim yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca pengunjung yang memanfaatkan jasa perpustakaan. 



Berdasarkan sepuluh alasan itulah, baik langsung ataupun tidak langsung berakibat pada penurunan budaya membaca anak-anak.  Membaca tidak lagi menarik buat anak-anak sekarang, mereka jadi malas membaca buku, yang pada gilirannya prestasi belajar anak-anak menjadi menurun drastis.  Keadaan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan terus menerus seperti ini, tetapi harus secepatnya ditanggulangi.  Penulis sebagai guru di Sekolah Dasar merasa prihatin dan tertantang untuk melakukan upaya bagaimana menumbukan kembali budaya baca di Sekolah Dasar khususnya di tempat penulis bertugas yaitu di SD Negeri Pondok Kacang Barat 03 Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.   Penulis mencoba untuk mencermati, mengobservasi, dan mencari alternatif yang tepat untuk mengatasi permasalahan di atas. Salah satu laternatif pemecahannya adalah siswa harus diberitahu dahulu mengapa membaca itu penting dan berguna bagi kehidupa manusia dan sebaginya, kemudian mereka diajak lebih memahami manfaat dan pentingnya kegiatan membaca, jika siswa sudah mulai memahami apa tujuan dan manfaat dari membaca, tahap berikutnya adalah  pembiasaan membaca.  Dengan metode pemberian pengetahuan, bagaimana memahamkan membaca yang baik dan benar, kemudian kita kenalkan  pembiasaan membaca buku di kalangan siswa SD. Dengan metode inilah penulis berharap dapat menumbuhkan budaya baca pada siswa-siswa di SD Negeri Pondok Kacang Barat 03 Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.

Artikel telah di posting di Web : 
Artikel lengkap bisa di download di : Download Artikel Ilmiah Populer Elis Nurhayati

Semoga bermanfaat ... 😁



0 komentar:

Post a Comment